Kamis, 28 April 2011

Menelisik Lebih Jauh Tentang Bid`ah : FAHAM-FAHAM YG PERLU DILURUSKAN. (Bag .1)

Oleh. Sayyid Muhammad Alawy al-Maliky

Ini adalah ringkasan dari kitab MAFAHIM YAJIBU AN TUSHAHHAH => “Faham-faham Yang Perlu diluruskan” karya Sayyid Muhammad Alawy al-Maliky yang membahas tentang bid’ah. Di dalamnya dibahas tentang pemahaman dari makna bid’ah menurut Imam Syatibi, yaitu bid’ah secara istilah dan bid’ah secara bahasa.

Alhamdulillah .. dari kitab ini, makna bid’ah dari Imam Syatibi diterangkan secara amat baik, serta diterangkan pula di mana tempat bid’ah hasanah dan bid’ah dlalalah. Dari kitab ini pula, makna bid’ah Imam Syatibi berselaras dengan makna/ klasifikasi bid’ah menurut Imam Syafi’i.

BID’AH SYAR’IYYAH, BID’AH LUGHAWIYYAH;

Melapangkan Jalan Dalam Pengamalan Islam Kaffah

Kami sering mendapatkan kritik tajam saat pengklasifikasian bid’ah dalam dua bagian besar, yaitu bid’ah terpuji dan tercela. Para pengkritik melakukan penolakkan secara keras terhadap pengklasifikasian ini. Bahkan mereka menuduh yang mengklasifikasikan tersebut sebagai golongan fasik dan sesat. Pengklasifikasian bertentangan dengan sabda Nabi shalallah alahi was salam yang jelas : “Setiap bid’ah itu sesat”. Teks hadits ini jelas menunjukkan keumuman dan menggambarkan bid’ah sebagai sesat.


Karena itu Kita akan melihat ia berkata : setelah sabda penetap syari’ah dan pemilik risalah bahwa setiap bid’ah itu sesat, apakah sah ungkapan : akan datang seorang mujtahid atau faqih, apapun kedudukannya, lalu ia berkata, “Tidak, tidak, tidak setiap bid’ah itu sesat”. Tetapi “Sebagian bid’ah itu sesat, sebagian baik dan sebagian lagi buruk”. Berangkat dari keterangan ini banyak masyarakat terpedaya. Mereka ikut berteriak dan ingkar serta memperbanyak jumlah orang-orang yang tidak memahami tujuan-tujuan syari’ah dan tidak merasakan spirit agama Islam.

Tidak lama kemudian mereka terpaksa menciptakan jalan untuk memecahkan problem-problem yang mereka hadapi dan kondisi zaman yang mereka hadapi juga menekan mereka. Mereka terpaksa menciptakan perantara lain. Yang jika tanpa perantara ini mereka tidak akan bisa makan, minum dan diam. Malah tidak akan bisa mengenakan pakaian, bernafas, menikah serta berhubungan dengan dirinya, keluarga, saudara dan masyarakatnya. Perantara ini ialah ungkapan yang dilontarkan dengan jelas: Sesungguhnya bid’ah terbagi menjadi dua;

1. Bid’ah Diniyah (keagamaan)
2. Bid’ah Duniawiyyah (keduniaan)

Subhanallah, mereka yang suka bermain-main ini membolehkan menciptakan klasifikasi tersebut atau minimal telah membuat nama tersebut. Jika kita setuju bahwa pengertian ini telah ada sejak era kenabian namun pembagian ini, diniyyah dan duniawiyyah, sama sekali tidak ada dalam era pembuatan undang-undang kenabian. Lalu dari mana pembagian ini ?, dan dari mana nama-nama baru ini datang ?.

Orang yang berkata bahwa pembagian bid’ah ke yang baik dan buruk itu tidak bersumber dari syari’. Maka Abuya sayid Maliki memberi jawaban bahwa pembagian bid’ah ke bid’ah diniyyah yang tidak bisa diterima dan ke duniawiyyah yang diterima, adalah tindakan bid’ah dan mengada-ada yang sebenarnya.

Rasulullah sholollah alahi was salam sebagai SYARIE’ bersabda, “Setiap bid’ah itu sesat”. Demikianlah beliau mengatakannya secara mutlak. Sedang ia mengatakan : “Tidak, tidak, tidak semua bid’ah itu sesat”. Tetapi “Bid’ah terbagi menjadi dua bagian ; diniyyah yang sesat dan duniawiyah yang tidak mengandung konsekuensi apa-apa”.

Karena itu harus kami jelaskan di sini sebuah persoalan penting yang dengannya banyak keganjilan akan menjadi jelas, insya Allah.

... bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan kesan dan pesan yg baik lagi bijak.