by Billahi Abdy AbduHu
Maksudnya : "Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari". (QS. Ar-Ra`du 15).
Seorang teman : Oya, gini Kang, padahal kan bukankah bumi juga termasuk benda langit sebagai yang di rujuk pada ayat 15 surah ar-Ra`du diatas itu Kang ?.
Saya : Iya, memang pada dasarnya, -kita batasi pembahasannya pada teks ayat tersebut saja yah-, bahwa selain "Bumi " tentu saja di sebut "Samawat ",. wAllahu A`lam.
Teman saya : Lalu, bukankah planet-planet juga sudah di katakan tersendiri dalam al-Quran dengan istilah 'nujuum' ?.
Saya : "Nujum " (bintang-bintang) itu termasuk makhluq Tuhan yang juga ada dalam kategori "fis-Samawat".
Teman : Berarti kan bumi yang kita injak ini juga masih bagian dari benda langit bagi makhluq-makhluq yang kebetulan berada di luar angkasa sana, bukan begitu Kang ?.
Saya : hehe,. Bukan begitu pemaknaannya, kedudukan "bumi" itu sama halnya dengan "nujum", artinya ia termasuk benda-benda langit yang juga ada di"samawat", tetapi bukan "samawat", ia itu seperti "nujum" (bintang-bintang) dengan berbagai planet lainnya yanng juga ada di angkasa.
Kembali saya tegaskan : Oya gini aja bro, pesan yang ingin saya sampaikan melalui artikel ini kan arah pembahasannya sebenarnya bukan lagi terfokus pada benda-benda mati yang konotasinya makhluq Tuhan yang tak berakal, itu terbukti bahwa kata yang di gunakan pada ayat tersebut bukan kata “MA”, melainkan "MAN", yaitu sebuah kalimat yang sering digunakan untuk merujuk kepada makhluq-makhluq Tuhan yang berakal sebagai yang di tunjuk oleh ayat tersebut (ar-Ra`d ayat 15).
Jadi pada intienya, maka terlintaslah dalam benak fikiran kita bahwa mungkinkah diluar angkasa sana ada makhluq lain yang wujud, bentuk dan penciptaannya serupa dengan kita -yakni umat manusia- yang juga sama-sama berakal sebagaimana kedua makhluq berakal lainnya -yakni jin dan malaikat-,. begitu lho bro fokus bahasannya., nah, sekarang bagaimana menurut ente ?.
Teman : Ouh, nggih Kang, tapi kalau menurut pengetahuan dan hemat saya, bahwa “MAN” tersebut bi ma'na “Kholqillah” yang memiliki makna makhluk Allah secara umum baik itu yang berakal maupun yang tak berakal.
Saya : nah itu dia, makanya saya awali dalam penulisan ini -sebagaimana dalam setatus-, bahwa MAN itu biasanya di gunakan untuk menunjuk makhluq-makhluq Tuhan yang berakal, sedikit sekali "MAN" yang di gunakan untuk merujuk pada makhhluq-makhluq tak berakal, sedangkan "MA" biasanya di gunakan untuk yang tak berakal, tetapi sering juga di gunakan untuk menunjuk kepada keduanya (berakal dan tak berakal).
Mudah-mudah ini ada manfaatnya,. inSya Allah.
Hadza,. wAllahu A`lam bish-Showabb.
أعوذ بالله من الشيطان
الرجيم
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ
مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلالُهُمْ بِالْغُدُوِّ
وَالآصَالِ
صدق الله العظيم
Maksudnya : "Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari". (QS. Ar-Ra`du 15).
Kata "Man" sebagai yang di tunjuk dalam ayat di atas, juga pada ayat-ayat lainnya dalam al-Quran, biasanya di gunakan untuk menunjuk kepada makhluq Tuhan yang berakal, ini artinya "MAN" dalam ayat itu menunjuk kepada tiga makhluq Tuhan ; manusia, jin dan malaikat, yang bila ditinjau dari struktur kejadian dan penciptaannya ketiganya jelas terlihat berbeda satu sama lain.
Coba renungkan sejenak, kalau fokusnya "Man fil-Ardh", jelas ini sudah tasliem, sebab, baik manusia atau pun jin, pada faktanya memang ada yang mukmin, juga ada yang kafir, bagi yang mukmin sujudnya sudah pasti karena "THOU`AN" (tunduk dan patuh semata-mata kepada-Nya), tapi bagi yang kafir boleh jadi sujudnya karena "KARHAN" (adanya keterpaksaan). itulah penafsiran yang berlaku bila merujuk pada kenyataan mufassir-mufassir mu`tabar bir-Riwayah.
Tetapi, cobalah sejenak fokus kita arahkan kepada "Man fis-Samaawaat", lalu apakah itu berarti hanya mengacu kepada makhluq Tuhan yang bernama MALAIKAT semata-mata ?, ataukah justru ada makhluq lain selain yang di sebutkan oleh para pakar tafsir (mufassir) sebagaimana tersebut dalam tafsir-tafsir mu`tabar mengingat bahwa dalam ayat itu ternyata ada di batasi oleh nash (طوعا وكرها) = (patuh atau tunduk keapada-Nya dan keterpaksaan) di satu sisi, sementara disisi lain adanya batasan (وظلالهم بالغدوّ والأصال) = (sedang bayangan mereka ada di pagi dan sorenya).
(طوعا وكرها) => sepertinya batasan ini tak cocok jika kata "MAN" dalam ayat itu disematkan kepada MALAIKAT, sebab malaikat itu termasuk makhluq Tuhan yang tak mungkin membangkang-Nya, mereka akan senantiasa mengikuti dan tho`at serta loyal dan patuh terhadap-Nya. Itu berarti batasan (طوعا وكرها) ini jelas menafikan malaikat.
Kemudian disisi lain ada diikat dengan kenyataan nash (وظلالهم بالغدوّ والأصال) => ini juga sepertinya tak cocok jika di tujukan kepada malaikat, sebab bila melihat dari fakta struktur kejadian dan pencipataannya, malaikat di ciptakan dari NUR, tentu sangat berbeda dengan pencipataan makhluq Tuhan lainnya, yaitu jin dan manusia, karenanya malaikat tak memiliki "DZILL" bayangan. itu artinya batasan (وظلالهم بالغدوّ والأصال) juga tampaknya mengesankan menafikan malaikat.
lalu sebagai alternatif, penafsiran ayat QS ar-Ra`d ayat 15 ini, tentu akan menarik, sebab boleh jadi bahwa "di langit" sana atau bahkan "diluar angkasa" sana ada makhluq-makhluq Tuhan berakal lainnya selain ketiga makhluq Tuhan yang telah di sebutkan, yaitu Manusia, jin dan malaikat yang juga setaraf dan selevel dengan ketiganya. lalu apakah makhluq itu berarti Aliens ?, makhluq luar angkasa seperti yang akhir-akhir ini kita kerap mendengarnya dari pemberitaan media-media barat ?!,. wAllahu A`lam, hanya Allah yang tau segalanya. tetapi yang jelas di surah lain dalam al-Quran, Allah swt juga ada menegaskan dalam firmanNya : (ويخلق ما لا تعلمون) "Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya". (QS An-Nahl).
<<<< >>>>
Seorang teman : Oya, gini Kang, padahal kan bukankah bumi juga termasuk benda langit sebagai yang di rujuk pada ayat 15 surah ar-Ra`du diatas itu Kang ?.
Saya : Iya, memang pada dasarnya, -kita batasi pembahasannya pada teks ayat tersebut saja yah-, bahwa selain "Bumi " tentu saja di sebut "Samawat ",. wAllahu A`lam.
Teman saya : Lalu, bukankah planet-planet juga sudah di katakan tersendiri dalam al-Quran dengan istilah 'nujuum' ?.
Saya : "Nujum " (bintang-bintang) itu termasuk makhluq Tuhan yang juga ada dalam kategori "fis-Samawat".
Teman : Berarti kan bumi yang kita injak ini juga masih bagian dari benda langit bagi makhluq-makhluq yang kebetulan berada di luar angkasa sana, bukan begitu Kang ?.
Saya : hehe,. Bukan begitu pemaknaannya, kedudukan "bumi" itu sama halnya dengan "nujum", artinya ia termasuk benda-benda langit yang juga ada di"samawat", tetapi bukan "samawat", ia itu seperti "nujum" (bintang-bintang) dengan berbagai planet lainnya yanng juga ada di angkasa.
Kembali saya tegaskan : Oya gini aja bro, pesan yang ingin saya sampaikan melalui artikel ini kan arah pembahasannya sebenarnya bukan lagi terfokus pada benda-benda mati yang konotasinya makhluq Tuhan yang tak berakal, itu terbukti bahwa kata yang di gunakan pada ayat tersebut bukan kata “MA”, melainkan "MAN", yaitu sebuah kalimat yang sering digunakan untuk merujuk kepada makhluq-makhluq Tuhan yang berakal sebagai yang di tunjuk oleh ayat tersebut (ar-Ra`d ayat 15).
Jadi pada intienya, maka terlintaslah dalam benak fikiran kita bahwa mungkinkah diluar angkasa sana ada makhluq lain yang wujud, bentuk dan penciptaannya serupa dengan kita -yakni umat manusia- yang juga sama-sama berakal sebagaimana kedua makhluq berakal lainnya -yakni jin dan malaikat-,. begitu lho bro fokus bahasannya., nah, sekarang bagaimana menurut ente ?.
Teman : Ouh, nggih Kang, tapi kalau menurut pengetahuan dan hemat saya, bahwa “MAN” tersebut bi ma'na “Kholqillah” yang memiliki makna makhluk Allah secara umum baik itu yang berakal maupun yang tak berakal.
Saya : nah itu dia, makanya saya awali dalam penulisan ini -sebagaimana dalam setatus-, bahwa MAN itu biasanya di gunakan untuk menunjuk makhluq-makhluq Tuhan yang berakal, sedikit sekali "MAN" yang di gunakan untuk merujuk pada makhhluq-makhluq tak berakal, sedangkan "MA" biasanya di gunakan untuk yang tak berakal, tetapi sering juga di gunakan untuk menunjuk kepada keduanya (berakal dan tak berakal).
Mudah-mudah ini ada manfaatnya,. inSya Allah.
Hadza,. wAllahu A`lam bish-Showabb.
yang saya bingungkan pada ayat ini adalah bagian yang menyatakan "kepada allah lah sujud (patuh) segala apa yang ada dilangit dan dibumi baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa" nah padahal kita ketahui masih banyak manusia dan jin yang tidak patuh kepada allah
BalasHapusTerpaksa Krn takut kpd Alloh itulah iman, sebagian besar dari manusia malah tunduk dan patuhnya itu Krn terpaksa, sebab ancaman Alloh Memang sangat menakutkan.
BalasHapusDiayat lain juga menyebut hal itu yaitu ayat 83 suroh Ali Imron
BalasHapus