Jumat, 28 Juni 2013

Mari Belajar berLogika.

by Abiel Mikdad Ngali Khaidar

Bismillahir-Rahmaanir-Rahiem

Seringkali kita temukan atau kita dengar cerita tentang perilaku atau ucapan ulama sufi yang jika di pandang secara sekilas seakan-akan hal itu bertentangan dengan syariat, sehingga banyak juga di antara mereka yang tidak hati hati dan sembrono dalam masalah adab dan tatakrama kepada ulama dengan lantang dan beraninya memvonis ”bahwa ulama tadi telah sesat dan keluar dari jalur syariat”,. Astaghfirullah al`Adziem waNa`udzu billahi minDzaik, padahal hakikat untuk memahami dan mengkaji hal semacam ini sangatlah sederhana, logikanya begini : kita semua sepakat bahwa nash syariat yaitu Al qur'an dan hadits merupakan bahan baku pokok agama. Semua tau soal itu, titik.

Cuma dalam memahaminya itu tergantung dari ketajaman menganalisa dan bersihnya hati, bahkan maqom seseorang itu berpengaruh. sehingga ada yang memahami nash qur'an secara tekstual, ini yang pertama, yang kedua ada yang sudah memahami dan menyelami makna yang lebih dalam, yang ketiga malah ada yang lebih dalam lagi. Sehingga timbullah beraneka ragam tafsiran ulama sampai di muat dalam berpuluh puluh jilid kitab. Padahal bahannya satu yaitu Al-Qur'an dan hadits.
Sebagai perumpamaan, biji kacang kedelai, ini bahan baku utama. Nah dari bahan baku utama tersebut akan menghasilkan beragam jenis olahan, cara pengelolaannya itu tergantung dari kecerdasan dan terampilnya perorangan, ada yang hanya bisa menggorengnya sehingga jadi cemilan kedelai, ada yang lebih pandai lagi dari sekedar itu, apalagi di zaman modern seperti sekarang ini dimana manusia telah banyak menguasai ilmu bioteknologi, sehingga dari kacang kedelai bisa di buat tempe. Ada lagi yang lebih hebat dari keduanya yaitu di oleh menjadi susu sehingga jadilah ia susu kedelai, dan ada juga minuman kaleng dari kedelai. Coba perhatikan dan renungkan, padahal bahan bakunya satu itu, yaitu kedelai.

Nah, kalau orang yang hanya bisa membuat cemilan kedelai lantas mengingkari susu kedelai dan mengatakan "Tidak mungkin ini kedelai, mana ada kedelai cair ?", Yah, hanya jadi bahan tertawaan orang yang sudah pintar yang sudah tau cara pengelolaan kedelai menjadi susu, bagaimana agar tidak kelihatan bodoh begitu ?, Ya cari tahu, kalau bisa mencari pabrik susu kedelai dan melihat sendiri proses pembuatannya biar lebih mantap dan yakin.

Begitu juga, pendapat atau perilaku ulama tasawwuf, ulama thoriqoh, atau para wali, bahkan pendapat para ulama fuqoha'. Kalau langsung main tuduh "Waah ini payah, gak sesuai syariat, soalnya lafadz Al-Qur'an dan haditsnya begini, kok ini bisa begini ?, Sesat nih..",. Ya sama, kaya' kasus pembuat cemilan kedelai goreng tadi yang mengingkari susu kedelai, alasannya ingkar cuma satu kan ?, Bodoh gak mau belajar. itu intinya. Coba nanya sama ahli fiqh, atau sama ahli thoriqoh tashawwuf, insya Alloh akan menemukan jawaban yang memuaskan, baik berlandas kepada Al qur'an, hadits, maupun atsar sahabat. Jangan hanya berkutat pada cemilan kedelai goreng.

Ingat !, ilmu Allah swt itu sangatlah luas dan tak bertepi, dan manusia ini hanya di beri sedikit saja oleh-Nya. Yang jelas, carilah ilmu fiqh kepada ahlinya, ilmu tauhid kepada ahlinya, tasawwuf kepada ahlinya, baru ilmunya akan seirama, mapan dan tidak bengkok.

Mudah-mudahan saja bacaan ini ada banyak memberikan inspirasi dan manfaat untuk kita semua agar diri ini terhindar dan tak lagi mudah mengklime orang lain sesat, mustinya kita berhusnudz-dzon bahwa barangkali ilmu kitalah yang belum sampai ke sana sebagaimana yang kita lihat pada diri dan prilaku para ulama tashawwuf.

Hadza,. wAllahu A`lam bish-Showaab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan kesan dan pesan yg baik lagi bijak.