Dulu, tersebutlah sebuah kisah menarik terkait tentang keunikan (baca “Khoriqul’Adah”. red) yang telah di tampakkan oleh Syekh Sayid Abd.Qodier al-Jaelani bersama santrinya, dimana suatu hari di kisahkan : Ada seorang ibu (wali santri. red) hendak mengunjungi putranya yang kebetulan tengah menimba ilmu di sebuah pesantren milik Syekh Sayid Abd.Qodier al-Jaelani -semoga Allah mensucikannya- hingga datanglah si ibu tadi ke pesantren si Syekh, dan di temuinya putranya tersebut tengah asiknya memakan sebuah roti ala kadarnya yang cuma berlumur garam sebagai penyedap rasa, sementara di sudut ruang yang lain, si ibu tadi juga melihat pemandangan yang begitu kontras dari pemandangan yang pertama, yakni dilihatnya seorang Syekh yang tengah duduk santai di sebuah kursi yang juga dengan lahapnya tengah menikmati sebuah hidangan roti, lengkap dengan panggang ayam di tangannya, lalu tiba-tiba si ibu menegur Syekh dengan suaranya yang agak tinggi, “WAHAI SYEKH, ENAK NIAN TUAN INI YANG MENIKMATI HIDANGAN ROTI DENGAN PANGGANGAN AYAMNYA, SEMENTARA ANAK SAYA CUMA MANYANTAP ROTI PANGGANG, HANYA BERLUMUR GARAM !!”.,
lalu, si Syekh itu mendadak memunguti kembali tulang-belulang yang berserakan seraya berdoa kepada Tuhannya "WAHAI TULANG-BELULANG, BERDIRILAH (KEMBALILAH KAU HIDUP SEPERTI SEDIA KALA) DENGAN IZIN TUHAN", kemudian dengan seizin Allah swt, hiduplah si AYAM yang sudah tinggal tulang-belulangnya sebagai sisa-sisa makanan yang barusan dinikmati oleh si Syakh sebagaimana sediakala, lalu si Syekh itu dengan merendah diri dihadapan seorang yang lebih tua darinya dengan sedikit menjelaskan hakikat yang sebenarnya terjadi dari apa yang telah dilihatnya barusan oleh si ibu (wali santri tsb) seraya berkata "WAHAI IBU SANTRI, JIKA PUTRAMU SUDAH DI MAQOM INI -maksudnya jika dia sudah bisa mengembalikan tulang-belulang ayam itu menjadi seekor ayam yang kembali hidup seutuhnya-, MAKA BOLEH LAH DIA MEMAKAN SESUKANYA, MEMAKAN APA SAJA YANG DIA SUKAI".
dikutip dari kitab "Al-Adillah Minas-Sunnah 'Alal-Iqtishod Fit-Tho'ah" halaman I/385
Dalam kitab I'anah, juga ada disebutkan, bahwa Syekh Sayid Abd.Qodir al-Jaelaniy pernah menyatakan ; Bahwa Lafdzul-Jalalah (Allah SWT) itu merupakan salah satu AsmaNya yang A'dzom, hanyasannya Asma itulah yang menjadikan setiap doamu terijabah, manakala engkau sebut nama (Allah swt) itu mustinya tiada nama lain yang terpatri dalam benakmu
Karena itulah, Asma yang satu ini memiliki kespesifikasian dan keajaiban khusus, antaranya ialah ; bila seseorang menyenantiasakan menyebut AsmaNya dalam kesendiriannya di sertai sikap ikhlas dengan semata-mata karenaNya (tajrid) seraya tak hentinya melafadzkan "Allah, Allah, Allah" dan seterusnya hingga kemudian dia terkuasai oleh suatu kondisi tertentu di mana dia merasa sakau dengan dzikirannya tsb, maka dia akan sampai pada satu titik di mana pada level inilah dia bisa bermusyahadah di alam malakut yang begitu menakjubkan, dan pada level inilah dia bisa katakan sekehendak hati, apa pun yang dia kehendaki, maka terwujudlah apa yang dia ingini. intaha
Hadza,. wAllahu A'lam
dikutip dari kitab "I'anah At-Tholibin" halaman I/16
<<>>
رُوي : أَنّ امرأَة كان ولدها في تربية الشّيخ عبد القادر الجيلانيّ فيوما جاءت لرؤية ولدها ، فإذا هو على حصير يأكل رغيف شعير بجريش الملح ثمّ زارت الشّيخ فرأته على فرش نفيسة يأكل خبزا لطيفا ودجاجا فصاحت ابني يأكل الشّعير وهو على الحصير وأنت تأْكل الدّجاج فنظر الشّيخ إلى ذلك الدّجاج وقال قم بإذن اللَّه تعالى فعاد حيّا فقال للمرأة إذا صار ابنك لهذا المقام فليأكل ما أراد من الطّعام
انظر "الأدلّة من السنة على الإقتصاد في الطاعة" ص 385 من الجزء الأول
وقال في الإعانة
قال سيدي عبد القادر الجيلاني: الله هو الاسم الاعظم، وإنما يستجاب لك إذا قلت الله وليس في قلبك غيره
ولهذا الاسم خواص وعجائب، منها أن من داوم عليه في خلوة مجردا بأن يقول الله، الله، حتى يغلب عليه منه حال، شاهد عجائب الملكوت، ويقول - بإذن الله - للشئ كن فيكون.
انظر "إعانة الطالبين" ص 16 من الجزء الأول
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan kesan dan pesan yg baik lagi bijak.